Michelle Ricky Putri, 1701303440

Michelle Ricky Putri, 1701303440

Sabtu, 16 Mei 2015

Laporan Kegiatan Penyuluhan Terhadap Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Binus University


Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:


Manfaat Kegiatan
Selama melakukan kegiatan ini saya mendapatkan beberapa pelajaran yang berkaitan dengan mata kuliah Character Building Interpersonal Development yaitu mengenai orang lain sebagai sesama bahwa walaupun ia pedagang, ia juga sama seperti kita hanya saja kita lebih beruntung dari mereka. Sebagai sesama kita harus membangun hubungan etis dengan pedagang dan menganggapnya sederajat. Kemudian mengenai jaringan sosial yaitu saya harus bisa memelihara hubungan dengan pribadi dan profesional yang dapat membantu saya (dalam hal ini saya memelihara hubungan dengan Aldi) untuk menciptakan rantai informasi, kontak dan dukungan. Saya membangun jaringan efektif yang membangun hubungan dengan menemukan kepentingan bersama melalui komunikasi dua arah, bermakna dan seimbang.
Di sini saya mendengarkan juga apa yang disampaikan oleh Aldi, bukan hanya mementingkan diri sendiri. Selain hal ini, saya juga belajar mengenai relasi lintas budaya dan keberagaman dimana manusia diciptakan beragam mulai dari ras dan etnis, gender, agama, ideologi, dan budaya. Aldi memiliki ras, etnis, gender, dan agama yang berbeda dengan saya namun kami harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Saya sudah menghormati dan menghargainya dengan berbicara sopan serta tidak merendahkannya dan tetap menganggap bahwa kami adalah sama-sama ciptaan Tuhan yang sederajat. Ia juga sudah menghargai dan respek terhadap saya dengan bersikap ramah dan mau membantu saya dalam mengerjakan tugas ini. Dalam membangun tim dan kerja sama tim juga saya mendapatkan bahwa tugas ini tidak akan selesai apabila tidak terjalin kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Kami harus bisa saling membantu, mengerti dan bekerja sama dengan anggota lainnya, tidak boleh egois. Saya pun juga harus bisa melakukan kerja sama dan komunikasi dengan Aldi seperti saat menentukan waktu yang tepat bagi saya untuk bertemu Aldi dan melakukan pengamatan, dengan mencocokkan waktu berdagangnya dengan waktu kosong saya. Saya juga melakukan persuasi dengan Aldi agar ia mau menciptakan lingkungan yang bersih dari dagangannya dan bernegosiasi dengannya sampai ia sepakat untuk diamati dagangannya. Strategi negosiasi yang saya gunakan adalah integrative bargaining strategy sehingga mendapatkan hasil akhir win-win solution. Saya bisa menyelesaikan tugas CB karena telah mendapatkan informasi dari sumbernya, sedangkan bagi Aldi dagangannya menjadi lebih laku dengan kualitas yang lebih baik. Dalam memotivasi orang lain, saya memotivasinya dengan memberikan barang-barang yang dapat mendukung agar ia tetap menciptakan lingkungan yang bersih. Dengan diberikan barang tersebut, ia menjadi senang dan lebih termotivasi untuk lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaan tersebut dan akan selalu menggunakan barang-barang yang bersih.



Jumat, 15 Mei 2015

Kegiatan Penyuluhan Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Bina Nusantara University


Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:

Pertemuan 4

Pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2015 saya melakukan pertemuan yang keempat kalinya dengan Aldi, untuk melihat hasil perubahan yang sudah dia lakukan semenjak saya memberikan penyuluhan kebersihan makanan kepadanya.
Setelah saya amati, terdapat beberapa perubahan yang lebih baik yaitu kedai tempatnya berjualan menjadi lebih rapi dan bersih sehingga orang-orang yang membeli dagangannya pun semakin banyak, kemudian orang yang membuat batagor berbeda dengan yang melayani pelanggan. Aldi membuat batagor dan temannya menerima uang dan melayani pelanggan, sehingga tangan Aldi tidak kotor karena habis memegang uang. Lalu saat ada batagor yang jatuh ia langsung membuangnya ke tempat sampah. Ia juga selalu mencuci piringnya yang digunakan untuk menyajikan batagor untuk dimakan di kedai dengan bersih. Beberapa hal memang sudah baik namun ada beberapa yang masih belum berubah. Minyak yang digunakan masih kotor, alat-alat yang digunakan untuk memasak dan tempat berjualannya pun juga tidak diubah, namun saya memaklumi hal tersebut karena penjelasannya yaitu karena semua hal tersebut diberikan oleh bosnya dan ia tidak berani merubahnya.
Kedai Sudah dalam Keadaan Bersih
Akhirnya saya pun memberikan solusi untuk mempertahankan kebersihan dan kerapihan tempat berjualannya, yaitu dengan memberikan beberapa hal seperti minyak goreng, sarung tangan plastik, sabun pencuci piring dan kain lap meja, yang juga bisa membuat tempat berjualannya menjadi lebih bersih dan diminati oleh pembeli lainnya. Saya memberikan minyak goreng yang baru dan bersih agar dapat digunakan untuk menggoreng batagornya sehingga makanan ini menjadi lebih sehat untuk dikonsumsi. Lalu sarung tangan plastik bisa digunakan untuk menjaga kebersihan saat pembuatan batagor, sabun pencuci piring agar memotivasinya untuk tetap mencuci piring dengan bersih dengan sabun yang baru dan kain lap meja saya berikan agar menjaga tempat berjualannya agar tetap bersih.
Saya dan Aldi memegang barang-barang yang saya berikan
Aldi bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas barang-barang yang saya berikan yang juga sekaligus menjadi tanda terima kasih saya karena kesediaannya selama ini untuk saya amati dagangannya dan saya wawancarai. Setelah melihat dagangannya sudah menjadi lebih bersih dan lebih ramai, mendapatkan bahan untuk laporan dan memberikan beberapa tanda terima kasih, saya pun bersalaman dengannya dan mengatakan bahwa ini adalah pertemuan yang terakhir untuk mengamati dagangannya. Kemudian saya pun meminta izin untuk mengambil foto kedai, gerobak tempat berjualannya dan meminta tanda tangannya, lalu berpamitan kepadanya.

Selasa, 05 Mei 2015

Kegiatan Penyuluhan Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Bina Nusantara University





Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:

Pertemuan 3

           Pada tanggal 5 Mei 2015 tepatnya hari Selasa, saya menemui Aldi dan meminta waktunya sebentar untuk memberikan materi tentang kebersihan dan kesehatan makanan. Materi-materi tersebut terdiri dari contoh makanan yang sudah basi atau kadaluarsa, makanan yang dijual di pinggir jalan dengan lingkungan sekitar yang kotor, zat-zat berbahaya yang tidak baik digunakan dalam makanan, dan akibat-akibat yang akan dialami oleh manusia yang mengonsumsi zat-zat berbahaya, melalui PowerPoint di laptop.
Pada slide tentang makanan yang sudah basi dan yang dijual di pinggir jalan, saya memberikan contohnya berupa gambar-gambar. Saya menjelaskan bahwa banyak sekali pedagang-pedagang di zaman sekarang yang menggunakan zat-zat berbahaya untuk menutupi makanan yang sudah basi atau tidak layak makan. Padahal mau ditutupi seperti apapun, makanan basi tetaplah harus dibuang dan tidak baik dikonsumsi oleh manusia karena akan berbahaya bagi pencernaan manusia. Kemudian saya juga memberitahukan bahwa lingkungan kotor dapat membuat makanan yang sebenarnya berkualitas baik menjadi tidak layak makan. Lingkungan yang kotor dapat membuat makanan menjadi terkontaminasi debu, lalat atau kotoran-kotoran lain yang dapat menyebabkan sakit pada manusia yang memakan makanan tersebut seperti sakit perut, diare, keracunan dan penyakit-penyakit lainnya bahkan bisa berakibat kematian.
Dalam slide mengenai zat-zat berbahaya, saya menjelaskan bahwa ada 4 macam bahan kimia yang berbahaya bagi makanan. Bahan-bahan kimia tersebut adalah pengawet berbahaya seperti formalin, pengenyal berbahaya seperti boraks, pewarna berbahaya seperti rhodamin B, dan pemanis buatan seperti sakarin. Formalin sebenarnya dibuat untuk digunakan sebagai pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, germisida dan fungisida pada tanaman, dan pembasmi lalat dan serangga lain.
Formalin tidak layak digunakan untuk makanan, namun seringkali para pedagang yang curang memakai bahan kimia tersebut untuk mengawetkan makanannya seperti untuk mengawetkan mie basah, tahu, ikan segar dan makanan lainnya agar tahan lama, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi si pedagang karena mempersedikit jumlah dagangan yang dibuang sehingga dapat memperkecil kerugian. Jika seseorang mengonsumsi formalin dalam dosis yang tinggi atau dalam kurun waktu yang lama, maka dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, muntah-muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, atau dapat berujung kematian karena kegagalan peredaran darah.
Boraks juga merupakan pengenyal yang tidak baik digunakan untuk makanan, tetapi seringkali digunakan oleh pembuat batagor demi memperlezat makanannya agar meningkatkan pembeli. Boraks sebenarnya diproduksi untuk pembuatan gelas, pengawetan kayu, pembasmi kecoa, dan pematri logam. Dengan mendengar kegunaan zat ini bisa dibayangkan bagaimana bahaya yang akan ditimbulkan apabila kita memakan zat berbahaya ini, namun banyak sekali pedagang yang menyalahgunakan bahan kimia ini untuk memproduksi beberapa jenis makanan. Penyalahgunaan bahan kimia ini banyak ditemukan untuk pembuatan bakso, kerupuk karaks, mie bakso, tahu, batagor dan pangsit. Efek negatif dari boraks dalam tubuh manusia adalah jika pemakaiannya sedikit dan berulang-berulang maka akan menimbulkan akumulasi atau penimbunan pada jaringan otak, hati, lemak dan ginjal. Jika pemakaiannya dalam jumlah banyak maka bisa menimbulkan demam, anuria, koma, depresi atau apatis (gangguan pada syaraf).
Penyuluhan Bahaya Boraks jika Dikonsumsi Manusia
Pewarna Rhodamin B sebenarnya dijual untuk digunakan sebagai pewarna kertas, cat tembok dan tekstil, tetapi sering disalahgunakan untuk pembuatan minuman (es mambo, limun, sirup), permen dan saus karena warna yang lebih menarik dan harga yang lebih murah. Pewarna ini dapat menimbulkan efek-efek negatif apabila dikonsumsi oleh manusia, seperti iritasi pada saluran pencernaan yang dapat menimbulkan keracunan, air seni berwarna merah, kerusakan ginjal dan sebagainya, lalu jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan lain-lain.
Pemanis sakarin beredar di pasaran untuk dipergunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik, vitamin, farmasi dan pemanis tanpa kalori, tetapi sering ditemukan pada makanan yang dipanggang, selai, permen karet, buah kalengan, permen, taburan pencuci mulut dan saus salad. Sakarin yang berlebihan dalam tubuh manusia dapat menyebabkan tremor, migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, atau kanker otak.
Setelah menjelaskan beberapa hal tentang kebersihan dan kesehatan makanan yang terdiri dari bahan-bahan kimia yang tidak baik digunakan dalam memproduksi makanan serta efek negatifnya bagi manusia, saya memberikan penyuluhan agar Aldi tidak menggunakan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam makanannya hanya demi mendapatkan keuntungan, tetapi gunakanlah bahan-bahan yang alami. Utamakanlah kesehatan dibandingkan dengan keuntungan. Jika menggunakan bahan-bahan yang tidak sehat dan ada yang sakit karena memakan dagangan tersebut, pasti lama-kelamaan orang yang membeli makanan tersebut akan semakin berkurang. Dengan adanya kualitas makanan yang bersih dan sehat maka akan menambah jumlah pelanggan, begitu pula dengan lingkungan berjualan yang bersih akan dapat menarik minat pelanggan untuk membeli. Maka, saya menyarankan agar Aldi selalu membersihkan tempat berjualannya dan selalu menggunakan alat-alat yang bersih dalam menyajikan dagangannya, kemudian juga harus selalu bersikap ramah kepada pelanggan yang membeli karena banyak dari kita terkadang memutuskan tidak ingin membeli di suatu tempat karena pelayanan yang tidak baik, dan yang paling penting adalah ia harus mengganti minyak yang ia gunakan untuk menggoreng karena penggunaan minyak bekas yang berlebihan dapat menyebabkan kanker.
Respon yang diberikan Aldi terhadap presentasi saya adalah ia menyetujui saran saya dan mengatakan bahwa tidak ada satupun bahan kimia dan bahan basi yang ia gunakan dalam pembuatan batagor maupun ciloknya, namun untuk penggunaan minyak gorengnya ia berkata bahwa stok minyak goreng sudah diberikan oleh bosnya, sedangkan ia hanya membantu berjualan saja, sehingga ia tidak berani untuk mengubah yang sudah diberikan oleh bosnya dan hal ini berlaku juga bagi tempat penjualannya. Lagipula ia pun juga tidak memiliki uang untuk membeli minyak goreng yang baru setiap kali berjualan. Dalam hal kebersihan Aldi mengatakan bahwa ia akan lebih sering membersihkan tempat berdagangnya (gerobak) termasuk kedai tempat makannya. Setelah mengatakan demikian saya pun mengakhiri pertemuan pada hari itu dengan meminta tanda-tangannya, lalu mengatakan bahwa pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2015, saya akan datang untuk melihat perubahan pada lingkungan tempat berjualannya dan akan memberikan sesuatu kepadanya.

Jumat, 24 April 2015

Kegiatan Penyuluhan Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Bina Nusantara University



Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:

Pertemuan 2

Pertemuan kedua saya dengan Aldi dilakukan pada hari Jumat tanggal 24 April 2015 pada jam 14.00 WIB. Kebetulan saya tidak mengikuti organisasi sehingga memiliki jam kosong pada saat itu, dan saya melihat dagangan Aldi juga sedang tidak begitu ramai sehingga saya bisa memiliki waktu untuk berbincang-bincang sebentar dengannya di tempatnya berdagang sambil mengamati kebersihan dagangannya.
Saya memulai dengan memberitahukan tujuan saya datang hari ini yaitu untuk mulai mengamati dagangannya mulai dari kebersihan, kebaruan dan kesehatan bahan baku untuk membuat batagor dan cilok, kemasannya dan tempat berjualannya. Saya menanyakan beberapa hal kepada Aldi dan dari hasil pertanyaan tersebut dan juga pengamatan langsung terhadap dagangan, kemasan dan tempat berjualannya, saya mendapatkan beberapa hal.
Hal-hal yang saya dapatkan adalah bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batagor dan cilok semuanya berasal dari bahan-bahan yang masih segar dan baru seperti ikan yang masih segar untuk membuat otak-otak, tahu yang baru, dan tepung bermerek yang belum kadaluarsa. Bumbu kacangnya pun juga dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang bersih dan sehat seperti kacang yang segar, air bersih, kecap dalam kemasan yang bermerek dan belum kadaluarsa dan sambal yang bermerek juga. Dalam segi kemasannya ia membeli plastik kiloan dari pasar dan tusuk sate sebagai alat memakan batagornya juga dibeli di pasar. Setelah menerima uang ia tidak mencuci tangan dan tidak menggunakan sarung tangan tetapi ia menggunakan garpu dan gunting untuk memotong batagor yang akan disajikan ke pembeli, sehingga menurut saya ini cukup bersih. Ketika batagor dan ciloknya sudah mau habis, ia baru menggoreng lagi batagornya yang terdiri dari pangsit, tahu dan otak-otak dan mengukus ciloknya. Saat sudah mendekati jam tutup ia tidak akan menambah stok untuk mencegah batagor yang sisa. Ia pun juga tidak menggunakan bahan-bahan pengawet dalam pembuatan makanannya. Hal ini dilakukan agar tetap menjaga kualitas batagor yang ia jual  dan menjaga pembeli agar tetap percaya untuk membeli dagangannya.
Proses Pembuatan Batagor
Batagor setelah Digoreng
Selain hal-hal yang positif, saya juga menemukan sisi yang tidak baik seperti dari segi tempat berjualannya memang kurang bersih karena terletak di pinggir jalan yang banyak dilewati oleh kendaraan-kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi udara dan kedai tempat berjualannya juga hanya mereka bersihkan sehari sekali setelah tutup. Cara penyajiannya juga tidak higienis karena minyak untuk menggoreng batagor adalah minyak bekas, piring yang digunakan untuk makan batagor di kedai dicucinya hanya sebentar sehingga tidak begitu bersih, alat untuk menggorengnya juga sudah menghitam, kemudian saat ada batagor yang jatuh saya melihat ia mengambil lagi dan ditaruh di tempat batagor-batagor yang habis digoreng ketika tidak ada pembeli yang melihat.
Tempat Berjualan dan Pembuatan Batagor
Penyajian Batagor
Setelah mengamati pedagang, tempat berjualan batagor, dan telah mendapatkan berbagai hal yang ingin diamati termasuk mendokumentasikan pembuatan batagor tersebut dalam bentuk foto, saya pun mengucapkan terima kasih karena tidak ingin menganggu waktu berjualannya terlalu lama. Kemudian saya meminta tanda-tangan sebagai bukti telah melakukan pertemuan yang kedua, dan mengatakan bahwa saya akan mendatanginya untuk memberikan materi pada hari Selasa, tanggal 5 Mei 2015.

Selasa, 14 April 2015

Kegiatan Penyuluhan Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Bina Nusantara University




Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:

Pertemuan 1

Nama saya Michelle Ricky Putri. Saya sedang mengikuti pendidikan S1 pada jurusan Sistem Informasi dan Akuntansi di Bina Nusantara University dan sekarang sedang menjalani semester 4. Pada semester ini saya mendapatkan mata kuliah Character Building Interpersonal Development. Mata kuliah ini mewajibkan kami untuk membuat final project tentang penyuluhan kepada komunitas rentan, sebagai syarat kelulusan mata kuliah ini dan untuk memenuhi 10 jam community service yang diberikan oleh TFI (Teach For Indonesia).
Pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015, saya bersama dengan kelompok saya yaitu kelompok 4B sama-sama berunding dan akhirnya memutuskan bahwa kami akan memilih mengamati pedagang sebagai komunitas rentan. Lalu kami pergi ke sekitar Binus dan masing-masing mencari pedagang yang menurut kami adalah komunitas rentan dan bersedia kami amati. Setelah beberapa saat akhirnya kami sudah mendapatkan masing-masing pedagang yang sesuai dengan kriteria dan telah setuju kami amati dagangannya sebagai bahan dalam pembuatan proposal sebelum dilanjutkan ke pembuatan laporan Final Project. Saya mendapatkan pedagang Batagor dan Cilok Bandung di samping Binus sebagai komunitas rentan yang akan saya amati dan berikan penyuluhan.
Gerobak Batagor Cilok Bandung
Pada tanggal 14 April 2015 saya baru memiliki waktu untuk melakukan survey terhadap pedagang batagor tersebut karena sibuk dengan tugas kuliah. Pedagang batagor itu bernama Aldi yang berumur 13 tahun. Dua tahun yang lalu ia berhenti sekolah karena tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikannya tersebut, lalu ada seorang teman yang menawarkan kepadanya untuk berjualan batagor dan cilok. Akhirnya ia setuju dan mulai mempelajari cara menggoreng dan menyajikan batagor dan cilok untuk dijual. Setelah mengerti caranya, ia memutuskan untuk mulai berjualan saat itu juga demi mendapatkan uang untuk membantu menopang perekonomian keluarganya. Setiap hari ia berdagang mulai dari jam 6 pagi sampai jam 9 malam, kecuali hari Minggu. Selain berjualan di Jalan Anggrek Cakra yang terletak di samping Binus, batagor ini juga mempunyai cabang di Senayan di dekat kampus Mustofo. Aldi tinggal di daerah Binus sehingga ia memilih untuk berdagang di samping Binus karena lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Sampai sekarang ia belum memiliki rencana untuk ke depannya dan sudah cukup bersyukur karena bisa berjualan batagor yang cukup diminati di daerah tersebut.

Aldi si Penjual Batagor
Setelah menanyakan sedikit tentang latar belakangnya, saya pun akhirnya mengakhiri pembicaraan tersebut dengan mengucapkan terima kasih, mengambil foto tempatnya dan meminta tanda-tangannya, lalu mengatakan rencana saya pada pertemuan selanjutnya yaitu hari Jumat tanggal 24 April 2015 untuk datang dan mengamati dagangannya. Ia pun setuju dan pertemuan pertama saya selesai sampai di sini.

Selasa, 17 Maret 2015

Proposal Kegiatan Penyuluhan Terhadap Kebersihan Makanan dan Minuman yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima di Daerah Binus University


Nama: Michelle Ricky Putri
NIM: 1701303440
Isi Laporan:

1.1 Latar Belakang
·         Latar Belakang Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa BINUS University adalah memberikan penyuluhan tentang kebersihan makanan dan minuman yang di jual Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar kampus, yang bertujuan untuk mengetahui tentang kebersihan makanan dan minuman yang dijual para PKL mengenai awal proses pembuatan barang dagangan, penyajiannya barang dagangan, kemasan barang dagangan hingga proses penjualan, dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang kami temukan dan yang dialami oleh pedagang tersebut saat menjalani proses penjualannya.
·         Latar Belakang Komunitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu jenis pedagang yang muncul akibat dampak dari sulitnya perekonomian yang dialami masyarakat di Indonesia, sehingga membuat mereka memilih suatu alternatif usaha di sektor informal dengan modal yang relatif kecil untuk menunjang kebutuhannya. Menjadi PKL tidak membutuhkan tingkat pendidikan, modal, maupun keahlian yang tinggi sehingga banyak dari mereka yang tidak berpendidikan dan kurang mampu memilih untuk menjadi PKL.
Keberadaan pedagang kaki lima sering dijumpai di pinggir-pinggir jalan, trotoar, dan di tengah-tengah kota yang banyak debu dan tercemar polusi udara yang membuat kebersihan akan dagangannya menjadi sangat diragukan. Banyak dari kaum mereka ditemukan menggunakan air yang tidak bersih saat berjualan, menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang tidak steril, tidak menjaga kebersihan tempatnya, dan lain sebagainya. Kita tidak pernah mengetahui bahan-bahan yang digunakan masih wajar atau sudah merupakan campuran dari bahan yang kadaluarsa atau tidak layak untuk dikonsumsi, karena kebanyakan pedagang membeli bahan-bahan yang murah walaupun berbahaya demi keuntungan yang lebih besar, tanpa mempedulikan dampak yang diakibatkan. Hal ini membuat tingkat pembelian barang pada PKL menurun, karena banyak pertanyaan dan keraguan yang timbul ketika ingin membeli jajanan yang dijual di pinggir jalan.
Semua hal tentu tidak hanya memiliki dampak negatif saja, tetapi juga memiliki dampak positif termasuk profesi sebagai PKL. PKL berpotensi untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, dan membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai karena rendahnya tingkat pendidikan. Tetapi kami mengetahui apabila seumur hidup bekerja sebagai PKL pasti kebutuhan hidup keluarga tidak akan tercukupi, sehingga kami berpikir untuk  memberikan solusi bagi mereka agar bisa meningkatkan kinerjanya tidak menjadi PKL yang diragukan orang lain ketika ingin membeli, tetapi bisa menjadi pedagang tetap di suatu tempat yang menjual dagangan yang bersih, sehat dan higienis.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka kami sebagai peneliti ingin mengidentifikasi beberapa masalah menegenai keraguan yang timbul berupa pertanyaan dari mahasiswa Bina Nusantara University yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan dagangan yang dijual Pedagang Kaki Lima di sekitar Bina Nusantara University, yaitu sebagai berikut:
1.      Kebersihan bahan baku yang dijual Pedagang Kaki Lima.
2.      Kebersihan alat yang digunakan Pedagang Kaki Lima.
3.      Kebersihan cara penyajian dagangan Pedagang Kaki Lima.
4.      Kebersihan lingkungan dan tempat berjualan Pedagang Kaki Lima.

1.3 Tujuan Kegiatan
Dalam kegiatan ini tentunya kami memiliki tujuan yang ingin dicapai dan terungkapkan yaitu sebagai berikut:
1.      Melakukan survey terhadap pedagang kaki lima di sekitar Binus University, sehingga mengetahui tingkat kebersihan dan kehigienisan dari makanan dan minuman yang dijualnya pada masyarakat.
2.      Mengajak pedagang kaki lima untuk mengubah cara berjualannya, seperti menggunakan air bersih, bahan-bahan yang baru dan segar, dan memberitahu tentang pentingnya untuk selalu mengutamakan kebersihan.
3.      Memberi pengetahuan mengenai dampak yang akan diderita konsumen jika pedagang menjual makanan yang tidak sehat.
4.      Memberikan solusi serta saran kepada para pedagang untuk berjualan dengan baik dan benar.

1.4 Perencanaan Kegiatan
Untuk dapat mencapai tujuan diatas kami pun sudah menyusun rencana yang tepat, yaitu sebagai berikut:
1.      Kami akan melakukan survey untuk salah satu pedagang di sekitar Binus University.
2.      Setelah mendapatkan persetujuan dari pedagang yang kami datangi, masing-masing akan bertanya untuk mendapatkan identitas Pedagang Kaki Lima.
3.      Mengidentifikasi masalah masing-masing Pedagang Kaki Lima.
4.      Saat salah satu dari kami mewawancarai pedagang, yang lainnya akan melakukan dokumentasi.
5.      Kami akan memberikan penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman pada setiap pedagang yang kami wawancarai.
6.      Kami akan memberikan solusi atau bantuan yang tepat untuk para pedagang.
7.      Hasil wawancara dan dokumentasi yang sudah dilakukan pada tiap pertemuan akan dilaporkan pada masing-masing blog anggota kelompok.
8.      Kami akan membantu pedagang tersebut untuk mewujudkan solusi yang kami tawarkan terhadap proses penjualannya.